Kusta pertama kali di ketahui dari abad ke 6 melalui tulisan orang Indian. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang tidak membahayakan nyawa
Kusta, juga dikenal sebagai lepra, adalah penyakit kronis yang pertama kali diketahui dari abad ke-6 melalui tulisan orang Indian. Meski tidak membahayakan nyawa secara langsung, penyakit ini merusak sistem kulit, saraf, pernapasan, mata, dan testis. Jika tidak diobati dengan baik, kusta dapat menyebabkan hilangnya anggota tubuh.
Penyebab dan Karakteristik Mycobacterium leprae
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, yang merupakan satu keluarga dengan M. tuberculosis penyebab TBC. Bakteri ini bersifat obligat intraseluler dan tahan asam, dengan beberapa jenis yang telah mengalami perubahan genetik sehingga dapat bertahan di lingkungan selama beberapa bulan.
Pada penderita yang tidak menerima terapi yang tepat, akan terjadi peningkatan jumlah bakteri di kulit (MI) dan ketebalan bakteri di kulit (BI) hingga 6 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang menerima terapi efektif. Mycobacterium leprae hanya tumbuh dan berkembang pada manusia, meski masih sulit dibiakkan di laboratorium karena media yang cocok masih sulit ditemukan. Media terbaik saat ini adalah telapak kaki tikus. Bakteri lepra berkembang biak dengan baik pada jaringan lembap seperti kulit, saraf perifer, ruang depan mata, saluran pernapasan bagian atas, dan testis, serta pada daerah tubuh yang lebih hangat seperti ketiak, lipat paha, kepala, dan punggung.
Penyebaran dan Insidensi Kusta
Kusta menyebar hampir di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, dengan insidensi tertinggi di Afrika. Penyakit ini sering dikaitkan dengan kemiskinan dan pedesaan, dan tidak terkait dengan HIV/AIDS karena masa inkubasinya yang panjang. Insidensi tertinggi terjadi pada dekade kedua dan ketiga kehidupan, dengan insidensi terendah pada wanita dan anak-anak.
Proses penularan kusta masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi dipercaya terjadi melalui infeksi lendir hidung atau melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi. Di daerah endemik, bakteri lepra ditemukan di tanah, dan inokulasi pada kulit yang terluka dapat menyebabkan penularan. Beberapa penelitian juga menyebutkan kemungkinan penularan melalui serangga seperti nyamuk.
Masa Inkubasi dan Manifestasi Kusta
Masa inkubasi kusta bervariasi dari 2 minggu hingga 4 tahun, dengan durasi umum sekitar 5-7 tahun. Manifestasi kusta sangat bervariasi tergantung pada penyebaran bakteri dan gejala yang timbul pada kulit dan sistem saraf.
- Tuberculoid Leprosy: Bentuk kusta yang lebih ringan, ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit dan pembengkakan saraf perifer yang menyebabkan kebas.
- Lepromatous Leprosy: Bentuk kusta yang lebih parah, ditandai dengan nodul, plak, dan infiltrasi kulit yang luas, serta kehilangan alis mata, bulu mata, dan kerusakan saraf yang simetris.
Komplikasi Kusta
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kusta meliputi:
- Anggota Gerak: Kerusakan saraf menyebabkan hilangnya sensitivitas dan myopati, yang dapat menyebabkan luka yang tidak terasa dan hilangnya jari.
- Hidung: Infeksi dapat menyebabkan pembengkakan, perdarahan, dan kerusakan tulang rawan hidung.
- Mata: Infeksi dapat menyebabkan kekeruhan cairan mata, kerusakan saraf penglihatan, dan gangguan koordinasi penglihatan.
- Testis: Infeksi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saluran dan penghasil sperma, menyebabkan sterilitas.
- Abses Saraf: Infeksi dapat menyebabkan abses di sekitar saraf, ditandai dengan benjolan kemerahan yang nyeri.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis kusta dilakukan melalui biopsi kulit yang menunjukkan keberadaan bakteri lepra. Pemeriksaan serologis belum dapat secara tepat mendeteksi lepra. Diagnosis banding meliputi sarkoidosis, leismaniasis, lupus vulgaris, limfoma, sifilis, dan granuloma.
Berdasarkan rekomendasi WHO, penggunaan antibiotik seperti Dapson dan rifampisin masih digunakan, tetapi harus bersifat individual. Terapi terhadap gejala seperti demam dan nyeri juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.
Pencegahan Kusta
Pencegahan kusta dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG (bacille Calmette-Guérin) yang terbukti efektif hingga 80%. Pada tahun 1992, WHO mencanangkan penggunaan pengobatan gabungan untuk menghilangkan Mycobacterium leprae dan mencapai dunia bebas kusta pada tahun 2000. Upaya ini terus dilakukan untuk mengurangi insidensi kusta di seluruh dunia.
Kesimpulan
Kusta adalah penyakit kronis yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada kulit, saraf, dan organ lainnya jika tidak diobati dengan baik. Meski penyebaran dan penularannya masih belum sepenuhnya dipahami, upaya pencegahan dan pengobatan yang efektif dapat mengurangi dampaknya. Kesadaran dan dukungan masyarakat sangat penting dalam memerangi kusta dan mencapai tujuan dunia bebas kusta.