KAUM lansia yang mengkonsumsi minimal satu tahu setiap hari ternyata kualitas fungsi memorinya lebih rendah daripada lansia yang jarang mengkonsumsi
Sebelumnya, makanan khas Indonesia seperti tahu dan tempe sudah lama dikenal sebagai sumber protein nabati yang baik dan mengandung phytoestrogen, yaitu estrogen nabati yang penting untuk menjaga kesehatan terutama pada lansia. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa terlalu banyak mengonsumsi tahu bisa berdampak negatif pada fungsi memori para lansia.
Penelitian Terbaru: Tahu vs. Tempe
Penelitian yang melibatkan 719 lansia di tiga daerah di Indonesia, yaitu Borobudur, Sumedang, dan Jakarta, menemukan bahwa lansia yang mengonsumsi tahu setiap hari cenderung memiliki kualitas fungsi memori yang lebih rendah dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi tahu atau lebih sering mengonsumsi tempe. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang dampak konsumsi tahu terhadap kesehatan otak, terutama pada usia lanjut.
Temuan Menarik dari Penelitian
Menurut Prof. Tri Budi Rahardjo dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, yang melakukan penelitian ini, asupan phytoestrogen dari makanan seperti tahu dan tempe sebenarnya bermanfaat untuk menjaga kesehatan otak. Namun, pada lansia berusia di atas 65 tahun, konsumsi tahu yang terlalu sering justru terkait dengan penurunan fungsi memori. Sementara itu, mereka yang mengonsumsi tempe secara proporsional cenderung memiliki fungsi memori yang lebih baik.
Proporsi dan Keseimbangan dalam Konsumsi
Penting untuk dipahami bahwa konsumsi makanan yang mengandung phytoestrogen seperti tahu dan tempe haruslah dalam proporsi yang tepat. Prof. Tri Budi menekankan bahwa hasil penelitian ini tidak bermaksud menunjukkan bahwa tahu itu berbahaya secara langsung bagi lansia, melainkan pentingnya menjaga keseimbangan konsumsi antara tahu dan makanan lain yang juga mengandung phytoestrogen, seperti tempe dan buah-buahan.
Implikasi dan Rekomendasi
Meskipun masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih dalam tentang dampak konsumsi tahu pada kesehatan lansia, temuan ini memberikan pandangan baru yang penting. Hal ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih baik tentang keseimbangan nutrisi pada tahap lanjut usia. Dengan demikian, para peneliti dan praktisi kesehatan diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang lebih konkret mengenai pola makan yang sehat untuk lansia, sehingga mereka dapat tetap menjaga kesehatan otak dan tubuh mereka secara optimal.
Kesimpulan: Berhati-hatilah dalam Konsumsi Tahu
Jadi, meskipun tahu dan tempe merupakan makanan tradisional yang kaya akan phytoestrogen yang penting untuk kesehatan, konsumsi tahu yang berlebihan bisa berdampak negatif pada fungsi memori, terutama pada lansia. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, terutama bagi para lansia dan keluarganya, untuk memperhatikan proporsi konsumsi dan menjaga keseimbangan nutrisi dalam pola makan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat tetap menjaga kesehatan otak dan tubuh kita sepanjang masa.